Saya mempunyai sejarah yang..hmmm...bisa dikatakan tidak mulus dalam keluarga saya. Ada hal-hal yang tidak bisa saya ungkapkan dalam blog ini mengenai masa lalu saya...saya hanya bisa bercerita sedikit saja mengenai keluarga saya.
Ayah dan Ibu saya sudah bercerai sejak saya berumur 5 tahun, mereka bercerai karena ada unsur KDRT dalam rumah tangga mereka, Ayah saya memukuli Ibu saya karena cemburu, tidak hanya KDRT saja tapi perselingkuhan juga dilakukan Ayah saya waktu itu. Saya tinggal bersama ibu saya, kemudian beliau menikah lagi untuk kedua kalinya dengan duda anak satu. Dalam pernikahan yang kedua ini pun Ibu saya mengalami cobaan lagi, Ayah tiri saya berselingkuh, dan hebatnya saya yang membongkarnya.
Saya dididik sangat keras oleh Ibu saya, sehingga rasanya saya tidak pernah merasakan nikmatnya kasih sayang Ibu. Kalau saya bandingkan dengan teman-teman saya, sangat jauh sekali. Mereka bisa bercerita apa saja tanpa takut salah kepada orang tuanya, pergi kemana pun dan pulang jam berapa pun ngga pernah ada masalah, beda dengan saya. Saya selalu takut untuk bercerita karena saya tidak mau mendengar kritikan-kritikan pedas maupun nasihat-nasihat yang terdengar menggurui dari Ibu saya, mau pergi pun saya penuh dengan pertimbangan, seribu alasan selalu saya karang agar Ibu mau mengijinkan saya pergi, dan tentunya semua itu harus dengan detail, kemana saya pergi, jam berapa saya pulang dan dengan siapa saya pergi, itupun dengan catatan saya tidak pernah bisa pulang malam.
Sampe masalah bangun saja Ibu saya selalu membangun dengan suara keras dan gedoran di pintu sambil mengomel, saya selalu berpikir saya tidak pernah mendengar teman-teman saya dibangunkan dengan cara kasar seperti itu, Ibu-ibu mereka selalu membangunkan dengan kasih sayang dan penuh kesabaran.
Kadang saya berpikir apakah ibu saya menyayangi saya?. Saya sangat menyayangi beliau, despite all of the things she does to me, bahkan ketika saya mau memutuskan mau tinggal bersama dengan Alesha, saya memikirkan "bagaimana kalau Mamah perlu bantuan ya?", ketika dia marah dia selalu membicarakan yang buruk-buruk tentang saya, tidak pernah sekalipun beliau mengingat yang baik-baik dari saya.
Pagi ini terulang lagi, saya telat bangun, dan Mamah membangunkan saya dengan berteriak-teriak (lagi....), omelannya berbuntut panjang, disebutnya lah saya anak yang tidak tahu diri, anak ga patuh sama orang tua, padahal semua bermula dari masalah bangun dimana dia tidak suka jika harus membangunkan saya, dia maunya saya bangun sendiri dengan menggunakan alarm dari HP saya. Wong namanya lupa....Lalu dia menyebut betapa kerasnya kepala saya karena dikasih tau berkali-kali tidak juga nurut, betapa kerasnya kepala saya sehingga saya tidak mempunyai pasangan dan belum memberikan dia cucu sedangkan teman-teman saya sudah, "Bukan itu masalahnya,Mah.....saya sudah mempunyai pasangan, saya akan memberikan Mamah cucu meskipun itu bukan dari seorang laki-laki, saya tidak mencintai laki-laki......saya mencintai seorang perempuan, saya mencintai Alesha....pasangan saya....." bisik saya dalam hati. Terlintas lah dalam pikiran saya, mungkin karena ini saya menyukai perempuan, saya mendambakan kasih sayang wanita, yang mana saya tidak pernah mendapatkannya dari Ibu saya, itu lah mengapa saya mendambakan sentuhan halus seorang wanita, dan semua itu sudah saya dapatkan dalam diri Alesha......
Pagi ini ini pun saya menetapkan dalam hati, bahwa saya akan keluar dari rumah, tidak setitik keraguan dalam hati saya. Tenang, Mah.....Mamah tidak perlu membangunkan saya lagi nanti....Mamah tidak perlu menyediakan makanan lagi buat saya....Mamah tidak perlu memarahi saya lagi.....Saya akan keluar dari rumah Mamah.
Ayah dan Ibu saya sudah bercerai sejak saya berumur 5 tahun, mereka bercerai karena ada unsur KDRT dalam rumah tangga mereka, Ayah saya memukuli Ibu saya karena cemburu, tidak hanya KDRT saja tapi perselingkuhan juga dilakukan Ayah saya waktu itu. Saya tinggal bersama ibu saya, kemudian beliau menikah lagi untuk kedua kalinya dengan duda anak satu. Dalam pernikahan yang kedua ini pun Ibu saya mengalami cobaan lagi, Ayah tiri saya berselingkuh, dan hebatnya saya yang membongkarnya.
Saya dididik sangat keras oleh Ibu saya, sehingga rasanya saya tidak pernah merasakan nikmatnya kasih sayang Ibu. Kalau saya bandingkan dengan teman-teman saya, sangat jauh sekali. Mereka bisa bercerita apa saja tanpa takut salah kepada orang tuanya, pergi kemana pun dan pulang jam berapa pun ngga pernah ada masalah, beda dengan saya. Saya selalu takut untuk bercerita karena saya tidak mau mendengar kritikan-kritikan pedas maupun nasihat-nasihat yang terdengar menggurui dari Ibu saya, mau pergi pun saya penuh dengan pertimbangan, seribu alasan selalu saya karang agar Ibu mau mengijinkan saya pergi, dan tentunya semua itu harus dengan detail, kemana saya pergi, jam berapa saya pulang dan dengan siapa saya pergi, itupun dengan catatan saya tidak pernah bisa pulang malam.
Sampe masalah bangun saja Ibu saya selalu membangun dengan suara keras dan gedoran di pintu sambil mengomel, saya selalu berpikir saya tidak pernah mendengar teman-teman saya dibangunkan dengan cara kasar seperti itu, Ibu-ibu mereka selalu membangunkan dengan kasih sayang dan penuh kesabaran.
Kadang saya berpikir apakah ibu saya menyayangi saya?. Saya sangat menyayangi beliau, despite all of the things she does to me, bahkan ketika saya mau memutuskan mau tinggal bersama dengan Alesha, saya memikirkan "bagaimana kalau Mamah perlu bantuan ya?", ketika dia marah dia selalu membicarakan yang buruk-buruk tentang saya, tidak pernah sekalipun beliau mengingat yang baik-baik dari saya.
Pagi ini terulang lagi, saya telat bangun, dan Mamah membangunkan saya dengan berteriak-teriak (lagi....), omelannya berbuntut panjang, disebutnya lah saya anak yang tidak tahu diri, anak ga patuh sama orang tua, padahal semua bermula dari masalah bangun dimana dia tidak suka jika harus membangunkan saya, dia maunya saya bangun sendiri dengan menggunakan alarm dari HP saya. Wong namanya lupa....Lalu dia menyebut betapa kerasnya kepala saya karena dikasih tau berkali-kali tidak juga nurut, betapa kerasnya kepala saya sehingga saya tidak mempunyai pasangan dan belum memberikan dia cucu sedangkan teman-teman saya sudah, "Bukan itu masalahnya,Mah.....saya sudah mempunyai pasangan, saya akan memberikan Mamah cucu meskipun itu bukan dari seorang laki-laki, saya tidak mencintai laki-laki......saya mencintai seorang perempuan, saya mencintai Alesha....pasangan saya....." bisik saya dalam hati. Terlintas lah dalam pikiran saya, mungkin karena ini saya menyukai perempuan, saya mendambakan kasih sayang wanita, yang mana saya tidak pernah mendapatkannya dari Ibu saya, itu lah mengapa saya mendambakan sentuhan halus seorang wanita, dan semua itu sudah saya dapatkan dalam diri Alesha......
Pagi ini ini pun saya menetapkan dalam hati, bahwa saya akan keluar dari rumah, tidak setitik keraguan dalam hati saya. Tenang, Mah.....Mamah tidak perlu membangunkan saya lagi nanti....Mamah tidak perlu menyediakan makanan lagi buat saya....Mamah tidak perlu memarahi saya lagi.....Saya akan keluar dari rumah Mamah.
No comments:
Post a Comment